Foto: Whatsapp Bakhtiar |
Waktu: Selasa, 06 November 2018
Pertemuan Ke: I dan II
Tempat: Ruang Laboratorium Komputer SMA Negeri 1 Karang Baru, Aceh Tamiang
Narasumber: Sarwan, M.Pd., M.Si.
Penyelenggara: PPMG Wilayah IV Langsa
Materi yang disampaikan:
- Pembukaan MGMP
- PKG
- UKG
- PKB
- Penjelasan mengenai nilai PKG yang menjadi merah di akun SIMPKB itu dikarenakan nilai ambang batas dinaikkan berkala
- Kebijakan sistem pembinaan guru
- Guru SMA/SMK akan mendapatkan tunjangan dari Propinsi Aceh sebesar Rp1.000.000,00 dan Kepala Sekolah Rp. 1.250.000,00 serta Pengawas Sekolah sebesar Rp.1.500.000,00 per bulan, mohon doanya untuk semua
- PK guru baru bisa dinilai jika sudah melengkapi administrasi
- Periksa jawaban siswa di sekolah
- PK guru banyak yang fiktif
- Perlu adanya PKB yang berkelanjutan
- Perlu menetralisir siswa di sekolah atau di kelas dengan perbandingan terbalik dengan prilaku para elit politik atau pemimpin negara saat ini
- Penyampaian kegiatan MGMP minggu depan
- Penjelasan tentang kenaikan pangkat guru
- Nilai guru harus dirahasiakan
- Kalau guru sudah bisa menilai diri sendiri sudah mantap
- Tompi konon katanya pernah ditempeleng oleh gurunya
Kisahnya saat pemateri yang tiada lain adalah seorang pengawas ingin menilai seorang guru pada suatu sekolah. Nah guru yang ditargetkan sudah tua sekali. Pada waktu yang ditentukan, masuklah mereka ke kelas. Tiba-tiba si guru ini menangis sejadi-jadinya.
"Ibu kenapa menangis?"
Sesegukan si Ibu menjawab, "Malu saya tidak ada perangkat, Pak"
"Ya sudah, ibu jangan menangis, ngajar aja terus" kata pengawas.
"Begitu pun sudah banyak siswa ibu yang jadi orang, yang ibu ajar, sudah jangan nangis!" lanjutnya.
"Ngajar aja terus!..."
Pengawas pun tidak jadi menilai di kelas yang bersangkutan. ***
Perspektif saya pribadi, memang sungguh kompleks beban kerja guru, dunia pendidikan Indonesia, sangat administratif dan padat. Ini sangat terbalik dengan perkembangan dunia sekarang, kita lihat saja dunia teknologi informasi, perusahaan besar seperti Google, Facebook dan lain-lainnya berlomba mensederhanakan urusan, nah kita malah mengkomplekskan urusan. Apa ini ada hubungannya dengan anekdot atau apalah itu yang katanya di Indonesia begini: Kalau bisa dipersulit mengapa harus dipermudah?
Astagfirulllahaladzim *#@#@#*&^%^$$$#$%%%