derai air mata
kutitipkan pada ombak
pada puing-puing bangunan
aku tak tahu harus di mana aku menanggis
atas pangkuan siapa harus kutumpahkan derai air mata
entah di mana kuburan ayah ibuku
dikuburkan oleh guncangan khas
dan disirami dengan air hitam
aku terpaku
berdiri di bekas reruntuhan
menghirup nafas berbau mayat
aku harus tegar
setegar karang yang diterjang ombak
tinggalkan harta
tinggalkan duka
berlari dan berjalan
dengan sedikit semangat tersisa
September, 2005
Tidak ada komentar:
Posting Komentar