pixabay.com |
Aku lihat ia menaiki papan beroda. Ia berjuang dengan segenap
kekuatan yang tersisa. Sisa kekuatan itu ada pada tubuh dan tangannya.
Kau tahu mengapa? Karena kakinya telah tiada. Ia cacat.
Ia tidak tinggal diam. Dengan penuh semangat ia mendorong papan yang
membawa tubuhnya dengan satu tangan. Papan pun meluncur dan satu
tangannya yang lain ia sodorkan. Mengharap belas kasihan di tengah
keramaian sebuah pasar.
Hatiku tersentuh. Lunglai, sendu. Begitu hebatnya perjuangan ia. Aku
berikan sedikit uang yang kupunya. Aku mengemis hikmah padanya. Dan ia
berikan segera dalam hatiku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar