Sabtu, 27 Juni 2015

Jawab: Sejarah dan Makna Simbol Bulan Sabit dan Kubah Masjid

pixabay.com
Assalamu'alaikum sahabat Hadrial Aat. Apa kabar? Gimana udah baca kan tulisan sebelumnya: Tanya: Sejarah dan Makna Simbol Bulan Sabit dan Bintang di Kubah Mesjid, jika belum klik di sini, atau cari saja di blog ini. Berikut jawaban yang dikirimkan kepada saya:

Assalamu'alaikum

Terima kasih atas pertanyaannya.

Berikut tanggapan kami melalui Bpk. M. Arifin - Dewan Pakar Pusat Studi Al-Qur'an :

Bismillahirrahmanirrahim,

Rasanya –untuk keperluan seperti ini– kita perlu membedakan antara Islam sebagai ajaran di satu sisi, dengan Islam sebagai peradaban dan kebudayaan di sisi lain. Islam sebagai ajaran bersifat doktrinal (kita sebut saja "Islam Doktrin"), harus bersumber dari al-Qur'an dan Hadits; sedangkan Islam sebagai peradaban ("Islam Peradaban") muncul dari hasil kreasi manusia Muslim yang sejalan dengan nilai-nilai al-Qur'an dan Hadits. Atau bisa juga merupakan hasil akulturasi nilai-nilai Islam dengan kebudayaan yang sudah berkembang pada suatu masa atau di suatu tempat tertentu.

Nah, mesjid yang berkubah itu termasuk "Islam Peradaban". Itu adalah salah satu hasil akulturasi masyarakat Muslim (dengan nilai-nilai Islam yang mereka anut) dengan budaya lain. Pada masa Rasulullah saw. kubah belum dikenal. Mesjid-mesjid dibangun tanpa kubah. Tradisi penggunaan kubah dalam bangunan mesjid baru dikenal setelah masa Umar bin Khattab ra. yang membangun qubbat ash-shakhrah (Kubah Batu) di Palestina. Budaya membangun mesjid dengan kubah kemudian menemukan momentum untuk berkembang dan meluas ke seluruh belahan dunia Islam ketika Turki Usmani berkuasa dan menjadi imperium besar.

Karena merupakan produk budaya, kubah bukan suatu keharusan yang melekat pada mesjid. Mesjid tetap "sah" sebagai mesjid walaupun tanpa kubah. Mesjid-mesjid kuno di Jawa banyak sekali yang tidak memiliki kubah. Mesjid-mesjid yang dibangun oleh Yayasan Muslim Pancasila pada era Soeharto seluruhnya tidak memiliki kubah dengan bentuk setengah bulatan.

Begitu juga dengan lambang bulan [sabit] dan bintang. Itu juga bukan doktrin, bukan ajaran bahwa umat Islam harus menjadikan bulan bintang sebagai lambang. Tetapi, meski demikian, ia mempunyai muatan filosofi yang dapat dimengerti.

Pada bulan sabit itu terkandung makna semangat agama Islam itu sendiri, yaitu semangat pembaruan. Sebab, bulan selalu baru, selalu berubah setiap hari. Dari kecil, tipis, membesar, kemudian bulat pada saat purnama, lalu mengecil lagi, dan akhirnya tidak terlihat. Ajaran Islam pun diyakini sebagai ajaran yang "memperbarui" ajaran agama-agama yang sudah diturunkan sebelumnya.

Karena setelah Islam tidak ada lagi agama baru yang diturunkan oleh Allah, dan tidak ada lagi nabi dan rasul baru yang diutus oleh Allah kepada umat manusia, maka agama Islam harus mengandung semangat pembaruan itu, untuk menjamin kesinambungan dan keabadian ajaran Allah di Bumi hingga hari Kiamat. Semangat pembaruan ini pula yang terkandung di dalam peristiwa hijrah yang dijadikan awal penanggalan kalender Islam.

Seperti halnya kubah, lambang bulan sabit dan bintang pun berkembang luas di dunia Islam pada masa Turki Usmani. Turki Usmani-lah yang pertama-tama menggunakan bulan sabit [dan bintang] sebagai lambang. Sampai saat ini bendera Turki bergambar bulan sabit dan bintang.

Meski merupakan "Islam Peradaban", lambang bulan sabit juga bisa jadi ada muatan "ideologis"-nya. Ketika dunia internasional membentuk organisasi kemanusiaan bernama International Red Cross (diindonesiakan menjadi Palang Merah Internasional), banyak negara Muslim, terutama di Timur Tengah, yang menolak untuk bergabung. Bagi mereka, cross (yang berarti 'palang' atau 'salib') dinilai sangat sensitif yang merupakan lambang atau simbol agama tertentu. Sebagai gantinya, mereka menamakan organisasi serupa di negara mereka dengan nama Jam'iyyat al-Hilâl al-Ahmar (Organisasi Bulan Sabit Merah). Di Indonesia pun sebelum reformasi hanya ada satu organisasi serupa, yaitu Palang Merah Indonesia (PMI), tetapi setelah era reformasi –yang antara lain ditandai dengan kebebasan lebih luas dibandingkan era sebelumnya– berdiri pula Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) di samping PMI. Tokoh-tokoh pendiri BSMI adalah tokoh-tokoh Muslim.

Demikian, saya kira. Wallahu a'lam bish-shawab.

Sumber: Dokumentasi Email Pribadi. Menghubungi saya klik di sini

Jawaban dan pertanyaannya juga mereka publikasikan di sini.

Begitulah jawabannya, sahabat. Semangat ya dalam berpuasa dan belajar, menuntut ilmu, semoga puasanya makin berkualitas, dan jangan lupa doakan saya agar diberikan rezeki bisa menaikkan orang tua haji he he he... Impian besar saya yang belum terwujud. Mudah-mudahan dengan do'a-do'a dari para sahabat semua, impian tersebut segera terwujud. Aamiin... 

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Lebih Semangat Lagi, chaiyo...!!!

Tidak ada komentar: