LHOKSEUMAWE - Tim Ekspedisi Dinas Perhubungan, Pariwisata, dan
Kebudayaan (Dishubparbud) Lhokseumawe mengklaim telah menemukan tempat
shalat Ibrahim Tapa diperbukitan antara Desa Blang Panyang dengan
Panggoi, Kecamatan Muara Satu, Rabu (9/1). Ibrahim Tapa merupakan
Sabtu, 11 Januari 2014
Selasa, 07 Januari 2014
Pengorbanan Untuk Tamu
Dikisahkan
bahwasanya di antara kebiasaan Hasan bin Ali bin Abi Thalib di Madinah
adalah membuka lebar pintu rumahnya layaknya dapur umum. Seperti dapur
umum, pagi, siang, malam rumah itu menghidangkan makanan untuk semua
orang yang berdatangan.
Di
zaman itu di Madinah belum ada tempat penginapan atau hotel. Tiap hari,
Hasan menyembelih onta kecil untuk dihidangkan ke para peziarah Madinah
atau orang-orang miskin pada umumnya.
Suatu
hari, ada orang Arab Badui (dusun) yang datang dan makan dirumahnya.
Sehabis makan, ia tidak langsung pulang, melainkan duduk dan membungkus
beberapa makanan ke dalam tas. Melihat keanehan itu, Hasan datang
menyapa.
“Kenapa
kau mesti membungkusnya? Lebih baik kau datang makan tiap pagi, siang
dan malam di sini. Biar makananmu lebih segar,” kata Hasan.
“Oh,
ini bukan untukku pribadi. Tapi untuk orang tua yang kutemui di pinggir
kota tadi. Orang itu duduk di pinggir kebun kurma dengan wajah lesuh
dan memakan roti keras.
Dia
hanya membahasahi roti itu dengan sedikit air bergaram dan memakannya.
Aku membungkus makanan ini untuknya, biar dia senang.,” jawab orang
Badui.
Mendengar
itu, Hasan kemudian menangis tersedu-sedu. Badui itu heran dan
bertanya, “Kenapa Tuan menangis? Bukankah tak ada yang salah jika aku
kasihan dengan lelaki miskin yang di pinggiran kota itu?”
Dijawab
oleh Hasan, sembari tersedu, “Ketahuilah, saudaraku. Lelaki miskin yang
kau jumpai itu, yang makan roti keras dengan sedikit air bergaram itu,
dia adalah ayahku: Ali bin Abi Thalib. Kerja kerasnya di ladang kurma
itulah yang membuatku bisa menjamu semua orang setiap hari di rumah
ini.” (Ajie Najmuddin)
Membaca kisah di atas yang saya kutip dari web nu.or.id
membuat saya terharu dan meneteskan air mata, pengorbanan dan
penghormatan yang luar biasa Saidina Ali bin Abi Thalib kw terhadap tamu
membuat saya akan sosok Guru saya mulia yang dalam keseharian hidup
Beliau sangat memuliakan tamu, walaupun tamu tersebut orang biasa atau
murid Beliau sendiri. Apa yang dilakukan oleh sahabat Nabi tersebut
tidak lain bagian dari ajaran Nabi yaitu mencintai saudara seperti
mencintai diri sendiri bahkan Saidina Ali mencintai saudaranya melebihi
mencintai dirinya sendiri. Semoga kisah di atas memberikan semangat
kepada kita semua untuk mencintai saudara kita seperti mencintai diri
kita sendiri, amin ya Rabbal ‘Alamin!.
Sumber: http://sufimuda.net
Langganan:
Postingan (Atom)