Selasa, 07 Januari 2014

Pengorbanan Untuk Tamu

Dikisahkan bahwasanya di antara kebiasaan Hasan bin Ali bin Abi Thalib di Madinah adalah membuka lebar pintu rumahnya layaknya dapur umum. Seperti dapur umum, pagi, siang, malam rumah itu menghidangkan makanan untuk semua orang yang berdatangan.
Di zaman itu di Madinah belum ada tempat penginapan atau hotel. Tiap hari, Hasan menyembelih onta kecil untuk dihidangkan ke para peziarah Madinah atau orang-orang miskin pada umumnya.
Suatu hari, ada orang Arab Badui (dusun) yang datang dan makan dirumahnya. Sehabis makan, ia tidak langsung pulang, melainkan duduk dan membungkus beberapa makanan ke dalam tas. Melihat keanehan itu, Hasan datang menyapa.
“Kenapa kau mesti membungkusnya? Lebih baik kau datang makan tiap pagi, siang dan malam di sini. Biar makananmu lebih segar,” kata Hasan.
“Oh, ini bukan untukku pribadi. Tapi untuk orang tua yang kutemui di pinggir kota tadi. Orang itu duduk di pinggir kebun kurma dengan wajah lesuh dan memakan roti keras.
Dia hanya membahasahi roti itu dengan sedikit air bergaram dan memakannya. Aku membungkus makanan ini untuknya, biar dia senang.,” jawab orang Badui.
Mendengar itu, Hasan kemudian menangis tersedu-sedu. Badui itu heran dan bertanya, “Kenapa Tuan menangis? Bukankah tak ada yang salah jika aku kasihan dengan lelaki miskin yang di pinggiran kota itu?”
Dijawab oleh Hasan, sembari tersedu, “Ketahuilah, saudaraku. Lelaki miskin yang kau jumpai itu, yang makan roti keras dengan sedikit air bergaram itu, dia adalah ayahku: Ali bin Abi Thalib. Kerja kerasnya di ladang kurma itulah yang membuatku bisa menjamu semua orang setiap hari di rumah ini.” (Ajie Najmuddin)
Membaca kisah di atas yang saya kutip dari web nu.or.id membuat saya terharu dan meneteskan air mata, pengorbanan dan penghormatan yang luar biasa Saidina Ali bin Abi Thalib kw terhadap tamu membuat saya akan sosok Guru saya mulia yang dalam keseharian hidup Beliau sangat memuliakan tamu, walaupun tamu tersebut orang biasa atau murid Beliau sendiri. Apa yang dilakukan oleh sahabat Nabi tersebut tidak lain bagian dari ajaran Nabi yaitu mencintai saudara seperti mencintai diri sendiri bahkan Saidina Ali mencintai saudaranya melebihi mencintai dirinya sendiri. Semoga kisah di atas memberikan semangat kepada kita semua untuk mencintai saudara kita seperti mencintai diri kita sendiri, amin ya Rabbal ‘Alamin!.

Sumber: http://sufimuda.net

Tidak ada komentar: