Pikiranku
melayang jauh entah kemana.
Beribu
dugaan muncul di kepalaku.
Salah
satunya bagaimana jikalau aku sujud nanti.
Jangan-jangan
dia menggigit kepalaku.
Aku
pernah digigit oleh binatang ini sewaktu aku masih kecil.
Wow....
sakitnya bukan main. Sampai aku tidak bisa bermain selama dua hari.
Sejak itulah aku sangat
takut dengan binatang ini.
”.....
Jam
sudah menunjukkan jam delapan malam. Acara televisi semakin asyik saja. Seperti
biasa malam aku habiskan di rumah saja. Mungkin tidak seperti mala-malam yang
lain yang aku habiskan di luar rumah, sekedar makan atau jalan-jalan.
Sejenak
kemudian, mataku mulai ngantuk. Tapi, shalat isya belum aku tunaikan juga.
Padahal jam setengah delapan gituan sudah masuk waktunya. Dasar setan, dia
terus menggoda. Sudah setengah delapan minta setengah sembilan, sudah setengah
sembilan minta jam sembilan, sudah jam sembilan minta jam sepuluh, eh...
tau-taunya malah ketiduran di depan televisi. Seperti malam kemarin, untung
saja ada ibu yang bangun dan mematikan televisi. Tidak aku dengar lagi
omelannya, sebab aku sudah ketiduran.
Tapi
malam ini tidak boleh sama dengan malam kemarin atau kemarin-kemarinnya lagi.
Bagaimana pun setelah film ini aku harus shalat. Shalat itu dapat mencegah
perbuatan keji dan munkar dan melalai-lalaikan shalat itu berdosa. Sudah lama
aku tahu itu. Tapi dasar setan, “Ah.... sebentar lagilah sesudah habis film ini,
lagi seru sekali film ini” bisiknya terus. Malah udah bela-belain stasiun
televisi ini sampai perang dingin sama adik sendiri yang maunya acara bola.
Tapi.....
malam ini tidak boleh sama dengan malam kemarin atau kemarin-kemarinnya lagi.
Shalat isya dulu baru tidur. Nabi pernah berpesan, “Barang siapa yang hari ini
sama dengan hari kemarin adalah golongan orang-orang yang merugi.
Jam
sebelas malam, barulah film televisi tersebut selesai pula, bahasa lainnya the
end. Tapi mataku ngantuknya bukan main. Wah berat benget, sepertinya ada orang yang
duduk di kelopak mataku. Hmmmm “Akh setan sialan, kenapa juga aku tidak shalat
dari tadi kemudian baru beraktivitas “, batinku.
Hari pun
sudah larut malam. Ayah, ibu dan adik-adikku semuanya sudah terlena dalam mimpi
yang indah, mungkin. Tinggallah aku sendiri. Tapi bagaimana pun caranya aku
harus shalat dulu baru tidur. Harus!
Shalat
itu adalah tiang agama. Sudah lama aku tahu itu. Sehingga dengan tekad yang
bulat, segera aku mengambil wudhu sendiri. Hi.... dinginnya bukan main, hingga
rasa ngantukku yang berat tadi berangsur-angsur hilang.
Aku
masuk ke kamarku dan segera mengambil kain sarung dan menghamparkan sajadah
serta bersiap untuk shalat isya. Keadaan malam yang telah larut ini sepi
sekali. Inilah saat yang aku sukai untuk mengerjakan shalat. Di saat inilah aku
berusaha agar shalatku khusuk.
Baru
saja selesai membaca surat Al-Fatihah pada rakaat pertama, tiba-tiba aku
teringat kucingku. Dimanakah dia ya?... pikirku. Tadi rasanya waktu aku lewat
di dapur dia tidak ada. Seharusnya aku meletakkannya di dapur agar tikus tidak
berkeliaran di dapur. Semua itu diperintahkan oleh ibuku. Tugas itu menjadi
tugasku karena aku yang terakhir tidur.
Tapi
sepintas pandanganku melihat hewan itu berlarian di sampingku dan pergi entah
kemana. “Tapi dia pasti di sekitar sini”, pikirku. Sehingga shalatku yang sudah
buyar kembali tenang. Satu rakaat pun selesai aku kerjakan.
Memasuki
rakaat kedua, aku harus berusaha khusuk lagi. Bagaimana pun caranya. Aku mulai
menekukkan kepalaku sedikit. Pandanganku tepat di atas bulan sabit dan bintang
pada gambar mesjid yang ada di sajadahku. Dengan sekuat tenaga aku berusaha
memfokuskan pandanganku serta memusatkan seluruh perhatianku. Tapi sial, seekor
kalajengking dengan perkasa tepat pada dinding. Tepatnya sekitar satu inchi di
atas ujung sajadahku.
Kalajengking
itu cukup besar. Badannya sebesar dua jari tanganku. Jepitannya setengah dari
itu. Delapan kakinya hitam pekat kehijauan dan berbulu halus. Ekornya cukup
panjang dengan ujungnya yang tergulung. Hmmm betapa sakitnya jika binatang ini
menggigit. Aku mengernyitkan dahiku. Inilah binatang yang aku takutkan di dunia
ini.
Hancurlah
lagi shalatku. Sumpah mati shalatku tidak khusuk lagi. Pikiranku melayang jauh
entah kemana. Beribu dugaan muncul di kepalaku. Salah satunya bagaimana jikalau
aku sujud nanti. Jangan-jangan dia menggigit kepalaku. Aku pernah digigit oleh
binatang ini sewaktu aku masih kecil. Wow.... sakitnya bukan main. Sampai aku
tidak bisa bermain selama dua hari. Sejak itulah aku sangat takut dengan
binatang ini.
Shalatku
benar-benar tidak konsen lagi. Aku masih berdiri terpatung. Aku berfikir keras
dalam kebimbangan. Tiba-tiba aku teringat pada suatu ceramah. Entah dimana itu.
Tapi aku masih ingat. Katanya, kalau ada seekor binatang dan kita sedang
mengerjakan shalat, maka injak dengan kaki, sekali saja, dan shalat itu
dianggap sah.
Mendapat
teori seperti itu, aku dengan pasti menggerakkan tanganku untuk ruku’. Allahu
Akbar! Dan sejenak kemudian aku i’tidal, “Sami’ allahu liman hamidah!”.
Sementara posisiku sudah berdiri serta siap untuk sujud. Tapi tiba-tiba aku
sadar, lha.... kalau binatangnya dekat dengan kaki, kalau jauh seperti ini?....
Benar-benar hancurlah shalatku kali ini. Pikiranku melayang lagi. Aku menatap
kalajengking itu. Aku bergidik. Gali dan takut bercampur menjadi satu.
“Ya
Allah! Bagaimana ini?...” Teriakku dalam hati
Akh...
tiba-tiba terlintas ide dalam pikiranku. Aku lihat kalajengking itu tepat di
ujung sajadahku. Sebagian dari kakinya pada rumbai-rumbai sajadah dan sebagian
lainya sudah memasuki wilayah asli sajadahku. Sekitar sati sentimeter lagi dari
pucuk gambar bulan sabit.
Dengan
mantap aku bergerak untuk sujud. “Allahu akbar..!” Aku bergerak untuk sujud.
Aku tahan semua rasa geli dan takut. Itu semua demi selesainya shalatku ini.
Lha... kalau
nanti digigitnya dahiku, lantas bagaimana?... pikirku. Walaupun aku belum
pernah mendengar orang yang lagi shalat digigit kalajengking. Tapi, ini semua
demi selesainya shalat, batinku.
Baiklah
dengan secepat kilat aku meluncur terjun untuk sujud. Tapi aku sudah punya ide.
Aku akan menurunkan kepalaku sekitar sepuluh sentimeter dari ujung sajadahku.
Sehingga tanganku beradu dengan pahaku. Semua rasa geli dan takut kutahan
dengan sekuatnya. Serta-merta doa-doa aku baca dengan cepat. Jantungku turut
berdebar cepat.
Tiba-tiba
sejalan dengan gerakanku untuk sujud, kalajengking itu bergerak perlahan-lahan
mendekatiku. Kakinya yang berbulu halus sungguh menakutkan sekali. Kepalanya
mengarah kepadaku. “Ya Allah... tolonglah aku...” Tapi tiba-tiba kalajengking itu
berhenti tepat tepat di depan lututku. Alhamdulillah...
Aku
menarik nafasku dalam-dalam, aku akan sujud kembali. Perlahan aku bergerak
untuk sujud. Tapi kali ini, tubuhku aku usahakan sepanjang mungkin. Sehingga
kalajengking itu berada tepat di bawah perutku. Rasa geli dan takut yang
mendalam benar-benar aku rasakan saat ini. Cepat-cepat doa aku baca dan
bergerak untuk duduk kedua atau duduk tasyahud. Tapi sial, lagi-lagi karena
gerakanku, kalajengking itu terus berjalan mendekati lutut kananku. Doa attahiyatul
mubarakaatush terus aku lafadzkan, akan tetapi, tepat saat aku menggerakkan
telunjukku di saat itulah kalajengking ini bergerak naik ke atas lutut kananku.
Astafirullah....!!!
Bagaimana ini???... Aku harus menaikkan jari telunjukku dan bangkit lagi untuk
mengerjakan rakaat ketiga. Kupandangi binatang ini dengan dalam, aiih.... hancurlah shalatku kali ini, kakinya yang dan
terasa tajam di tanganku membuatku
bertanya dalam hatiku; Apakah shalat ini akan selesai?...
Binatang
ini sepertinya bergersk-gerak menggaruk-garukan kakinya. Catutnya tepat ke
arahku. Aku takut sekali. Bagaimana kalau aku menggerakkan anggota tubuhku. Pastilah
dia akan menggigitku, walau pun belum pernah juga aku dengar orang shalat
digigit kalajengking. Dan sekarang aku akan melihatnya sendiri, pikirku. Apa
yang harus kulakukan? Apakah aku harus membatalkan shalat isyaku malam ini. Atau
aku harus berteriak? Tapi aku lagi shalat. Hancurlah shalatku ini.
Dalam sejuta kebinggungan ini aku tak bisa
berbuat apa-apa. Jantungku berdetak kencang. Kalajengking itu terus bergerak-gerak, seakan-akan menari-nari di
atas tanganku. Aku harus bergerak. Aku harus membatalkan shalat ini! Ya.... Aku
harus membatalkannya dan nanti akan aku ulangi lagi shalat isya malam ini.
Hmm.... ini semuya gara-gara aku sibuk menonton TV, sehingga aku shalat larut
malam. Hmm... setan sialan, pikirku.
Dalam
keadaan demikian itu , aku bingung, bingung dan bingung. Otakku buntu. Tapi
binatang ini terus menari-nari dan tiba-tiba dari arah samping kananku ada
sesuatu yang menusuk dan menggigit
tanganku.
Tolong....!!!
Tolong....!!! Teriakku sekuat tenaga. Tersentak aku terbangun dari shalatku.
Tanganku terasa sakit sekali dan darah keluar dari sela-sela jariku.
“Aku
akan mati, aku akan mati...!!!” pekikku spontan.
“Tolong...
Tolong....!!!” teriakku sekuat tenaga. Nafasku naik turun.
Demi
mendengar teriakanku, Ayah dan Ibu masuk ke kamarku. bapak siap dengan golok di
tangan.
“Tolong...
Tolong...!!! rintihku.
“Aku
akan mati, aku akan mati, cepat bawa akuke rumah sakit. Aku digigit
kalajengking. Kalajengking sangat berbisa...!!!” pintaku dengan nafas
tersegal-segal.
Ibu dan
Ayah mendekat dan memeriksa tanganku yang berdarah.
“Lho....
Sepertinya ini bekas gigitan kucing ya kan pak??” tanya Ibu.
“Dasar cengeng, sudah, sana diobati
sendiri!!!” seru Ibuku.
“Yuk
kita tidur, Bu...” timpal Ayah. Mereka pun meninggalkan kamarku.
Hah.... Aku
terkejut demi melihat tanganku. Perlahan aku tersenyum sendiri dan mengelap
darah di tanganku.
Sementara
itu di bawah tempat tidur aku melihat kucing yang sedang sibuk mengunyah kalajengking mati. Di mulutnya
bersangkutan lendir-lendir dari kalajengking itu.
Hmm....
Sial, pikirku. Semua ini gara-gara salahku sendiri.
“Ya
Allah... Ampunilah dosa-dosa hamba ini...” desahku.
Aku
kembali berwudhu dan melanjuitkan kembali shalatku yang sempat karam tadi.
Perih masih terasa di tanganku. Suasana malam yang makin larut, sepi sekali.
Kali ini aku benar-benar ingin shalat yang khusuk.
Akan
tetapi, tiba-tiba terpikir lagi olehku, “Apakah gigitan kucing tidak
berbisa?!!.. Hancurlah lagi shalatku. Pikiranku melalangbuana entah
kemana-mana. Hah......
“
Ya
Allah ampunilah dosa-dosa hamba.
Berilah
hamba petunjuk dan kekuatan untuk dapat melaksanakan amal ibadah
yang Engkau perintahkan dengan khusuk dan
ikhlas
Berilah
hamba guru dan ilmuMu..
Bersihkan
hati hamba yang penuh dosa tak terhingga ini...
Berikan
hamba hidayahMu, ya Rabb...
”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar