Sabtu, 28 Desember 2013

Kalajengking And Ibadah


pixabay.com

.....“
Pikiranku melayang jauh entah kemana.
Beribu dugaan muncul di kepalaku.
Salah satunya bagaimana jikalau aku sujud nanti.

Jangan-jangan dia menggigit kepalaku.
Aku pernah digigit oleh binatang ini sewaktu aku masih kecil.
Wow.... sakitnya bukan main. Sampai aku tidak bisa bermain selama dua hari.
Sejak itulah aku sangat takut dengan binatang ini.
”.....

Jam sudah menunjukkan jam delapan malam. Acara televisi semakin asyik saja. Seperti biasa malam aku habiskan di rumah saja. Mungkin tidak seperti mala-malam yang lain yang aku habiskan di luar rumah, sekedar makan atau jalan-jalan.
Sejenak kemudian, mataku mulai ngantuk. Tapi, shalat isya belum aku tunaikan juga. Padahal jam setengah delapan gituan sudah masuk waktunya. Dasar setan, dia terus menggoda. Sudah setengah delapan minta setengah sembilan, sudah setengah sembilan minta jam sembilan, sudah jam sembilan minta jam sepuluh, eh... tau-taunya malah ketiduran di depan televisi. Seperti malam kemarin, untung saja ada ibu yang bangun dan mematikan televisi. Tidak aku dengar lagi omelannya, sebab aku sudah ketiduran.
Tapi malam ini tidak boleh sama dengan malam kemarin atau kemarin-kemarinnya lagi. Bagaimana pun setelah film ini aku harus shalat. Shalat itu dapat mencegah perbuatan keji dan munkar dan melalai-lalaikan shalat itu berdosa. Sudah lama aku tahu itu. Tapi dasar setan, “Ah.... sebentar lagilah sesudah habis film ini, lagi seru sekali film ini” bisiknya terus. Malah udah bela-belain stasiun televisi ini sampai perang dingin sama adik sendiri yang maunya acara bola.
Tapi..... malam ini tidak boleh sama dengan malam kemarin atau kemarin-kemarinnya lagi. Shalat isya dulu baru tidur. Nabi pernah berpesan, “Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin adalah golongan orang-orang yang merugi.
Jam sebelas malam, barulah film televisi tersebut selesai pula, bahasa lainnya the end. Tapi mataku ngantuknya bukan main. Wah berat benget, sepertinya ada orang yang duduk di kelopak mataku. Hmmmm “Akh setan sialan, kenapa juga aku tidak shalat dari tadi kemudian baru beraktivitas “, batinku.
Hari pun sudah larut malam. Ayah, ibu dan adik-adikku semuanya sudah terlena dalam mimpi yang indah, mungkin. Tinggallah aku sendiri. Tapi bagaimana pun caranya aku harus shalat dulu baru tidur. Harus!
Shalat itu adalah tiang agama. Sudah lama aku tahu itu. Sehingga dengan tekad yang bulat, segera aku mengambil wudhu sendiri. Hi.... dinginnya bukan main, hingga rasa ngantukku yang berat tadi berangsur-angsur hilang.
Aku masuk ke kamarku dan segera mengambil kain sarung dan menghamparkan sajadah serta bersiap untuk shalat isya. Keadaan malam yang telah larut ini sepi sekali. Inilah saat yang aku sukai untuk mengerjakan shalat. Di saat inilah aku berusaha agar shalatku khusuk.
Baru saja selesai membaca surat Al-Fatihah pada rakaat pertama, tiba-tiba aku teringat kucingku. Dimanakah dia ya?... pikirku. Tadi rasanya waktu aku lewat di dapur dia tidak ada. Seharusnya aku meletakkannya di dapur agar tikus tidak berkeliaran di dapur. Semua itu diperintahkan oleh ibuku. Tugas itu menjadi tugasku karena aku yang terakhir tidur.
Tapi sepintas pandanganku melihat hewan itu berlarian di sampingku dan pergi entah kemana. “Tapi dia pasti di sekitar sini”, pikirku. Sehingga shalatku yang sudah buyar kembali tenang. Satu rakaat pun selesai aku kerjakan.
Memasuki rakaat kedua, aku harus berusaha khusuk lagi. Bagaimana pun caranya. Aku mulai menekukkan kepalaku sedikit. Pandanganku tepat di atas bulan sabit dan bintang pada gambar mesjid yang ada di sajadahku. Dengan sekuat tenaga aku berusaha memfokuskan pandanganku serta memusatkan seluruh perhatianku. Tapi sial, seekor kalajengking dengan perkasa tepat pada dinding. Tepatnya sekitar satu inchi di atas ujung sajadahku.
Kalajengking itu cukup besar. Badannya sebesar dua jari tanganku. Jepitannya setengah dari itu. Delapan kakinya hitam pekat kehijauan dan berbulu halus. Ekornya cukup panjang dengan ujungnya yang tergulung. Hmmm betapa sakitnya jika binatang ini menggigit. Aku mengernyitkan dahiku. Inilah binatang yang aku takutkan di dunia ini.
Hancurlah lagi shalatku. Sumpah mati shalatku tidak khusuk lagi. Pikiranku melayang jauh entah kemana. Beribu dugaan muncul di kepalaku. Salah satunya bagaimana jikalau aku sujud nanti. Jangan-jangan dia menggigit kepalaku. Aku pernah digigit oleh binatang ini sewaktu aku masih kecil. Wow.... sakitnya bukan main. Sampai aku tidak bisa bermain selama dua hari. Sejak itulah aku sangat takut dengan binatang ini.
Shalatku benar-benar tidak konsen lagi. Aku masih berdiri terpatung. Aku berfikir keras dalam kebimbangan. Tiba-tiba aku teringat pada suatu ceramah. Entah dimana itu. Tapi aku masih ingat. Katanya, kalau ada seekor binatang dan kita sedang mengerjakan shalat, maka injak dengan kaki, sekali saja, dan shalat itu dianggap sah.
Mendapat teori seperti itu, aku dengan pasti menggerakkan tanganku untuk ruku’. Allahu Akbar! Dan sejenak kemudian aku i’tidal, “Sami’ allahu liman hamidah!”. Sementara posisiku sudah berdiri serta siap untuk sujud. Tapi tiba-tiba aku sadar, lha.... kalau binatangnya dekat dengan kaki, kalau jauh seperti ini?.... Benar-benar hancurlah shalatku kali ini. Pikiranku melayang lagi. Aku menatap kalajengking itu. Aku bergidik. Gali dan takut bercampur menjadi satu.
“Ya Allah! Bagaimana ini?...” Teriakku dalam hati
Akh... tiba-tiba terlintas ide dalam pikiranku. Aku lihat kalajengking itu tepat di ujung sajadahku. Sebagian dari kakinya pada rumbai-rumbai sajadah dan sebagian lainya sudah memasuki wilayah asli sajadahku. Sekitar sati sentimeter lagi dari pucuk gambar bulan sabit.
Dengan mantap aku bergerak untuk sujud. “Allahu akbar..!” Aku bergerak untuk sujud. Aku tahan semua rasa geli dan takut. Itu semua demi selesainya shalatku ini.
Lha... kalau nanti digigitnya dahiku, lantas bagaimana?... pikirku. Walaupun aku belum pernah mendengar orang yang lagi shalat digigit kalajengking. Tapi, ini semua demi selesainya shalat, batinku.
Baiklah dengan secepat kilat aku meluncur terjun untuk sujud. Tapi aku sudah punya ide. Aku akan menurunkan kepalaku sekitar sepuluh sentimeter dari ujung sajadahku. Sehingga tanganku beradu dengan pahaku. Semua rasa geli dan takut kutahan dengan sekuatnya. Serta-merta doa-doa aku baca dengan cepat. Jantungku turut berdebar cepat.
Tiba-tiba sejalan dengan gerakanku untuk sujud, kalajengking itu bergerak perlahan-lahan mendekatiku. Kakinya yang berbulu halus sungguh menakutkan sekali. Kepalanya mengarah kepadaku. “Ya Allah... tolonglah aku...” Tapi tiba-tiba kalajengking itu berhenti tepat tepat di depan lututku. Alhamdulillah...
Aku menarik nafasku dalam-dalam, aku akan sujud kembali. Perlahan aku bergerak untuk sujud. Tapi kali ini, tubuhku aku usahakan sepanjang mungkin. Sehingga kalajengking itu berada tepat di bawah perutku. Rasa geli dan takut yang mendalam benar-benar aku rasakan saat ini. Cepat-cepat doa aku baca dan bergerak untuk duduk kedua atau duduk tasyahud. Tapi sial, lagi-lagi karena gerakanku, kalajengking itu terus berjalan mendekati lutut kananku. Doa attahiyatul mubarakaatush terus aku lafadzkan, akan tetapi, tepat saat aku menggerakkan telunjukku di saat itulah kalajengking ini bergerak naik ke atas lutut kananku.
Astafirullah....!!! Bagaimana ini???... Aku harus menaikkan jari telunjukku dan bangkit lagi untuk mengerjakan rakaat ketiga. Kupandangi binatang ini dengan dalam, aiih....  hancurlah shalatku kali ini, kakinya yang dan terasa tajam  di tanganku membuatku bertanya dalam hatiku; Apakah shalat ini akan selesai?...
Binatang ini sepertinya bergersk-gerak menggaruk-garukan kakinya. Catutnya tepat ke arahku. Aku takut sekali. Bagaimana kalau aku menggerakkan anggota tubuhku. Pastilah dia akan menggigitku, walau pun belum pernah juga aku dengar orang shalat digigit kalajengking. Dan sekarang aku akan melihatnya sendiri, pikirku. Apa yang harus kulakukan? Apakah aku harus membatalkan shalat isyaku malam ini. Atau aku harus berteriak? Tapi aku lagi shalat. Hancurlah shalatku ini.
 Dalam sejuta kebinggungan ini aku tak bisa berbuat apa-apa. Jantungku berdetak kencang. Kalajengking itu terus  bergerak-gerak, seakan-akan menari-nari di atas tanganku. Aku harus bergerak. Aku harus membatalkan shalat ini! Ya.... Aku harus membatalkannya dan nanti akan aku ulangi lagi shalat isya malam ini. Hmm.... ini semuya gara-gara aku sibuk menonton TV, sehingga aku shalat larut malam. Hmm... setan sialan, pikirku.
Dalam keadaan demikian itu , aku bingung, bingung dan bingung. Otakku buntu. Tapi binatang ini terus menari-nari dan tiba-tiba dari arah samping kananku ada sesuatu yang menusuk dan menggigit  tanganku.
Tolong....!!! Tolong....!!! Teriakku sekuat tenaga. Tersentak aku terbangun dari shalatku. Tanganku terasa sakit sekali dan darah keluar dari sela-sela jariku.
“Aku akan mati, aku akan mati...!!!” pekikku spontan.
“Tolong... Tolong....!!!” teriakku sekuat tenaga. Nafasku naik turun.
Demi mendengar teriakanku, Ayah dan Ibu masuk ke kamarku. bapak siap dengan golok di tangan.
“Tolong... Tolong...!!! rintihku.
“Aku akan mati, aku akan mati, cepat bawa akuke rumah sakit. Aku digigit kalajengking. Kalajengking sangat berbisa...!!!” pintaku dengan nafas tersegal-segal.
Ibu dan Ayah mendekat dan memeriksa tanganku yang berdarah.
“Lho.... Sepertinya ini bekas gigitan kucing ya kan pak??” tanya Ibu.
 “Dasar cengeng, sudah, sana diobati sendiri!!!” seru Ibuku.
“Yuk kita tidur, Bu...” timpal Ayah. Mereka pun meninggalkan kamarku.
Hah.... Aku terkejut demi melihat tanganku. Perlahan aku tersenyum sendiri dan mengelap darah di tanganku.
Sementara itu di bawah tempat tidur aku melihat kucing yang sedang sibuk  mengunyah kalajengking mati. Di mulutnya bersangkutan lendir-lendir dari kalajengking itu.
Hmm.... Sial, pikirku. Semua ini gara-gara salahku sendiri.
“Ya Allah... Ampunilah dosa-dosa hamba ini...” desahku.
Aku kembali berwudhu dan melanjuitkan kembali shalatku yang sempat karam tadi. Perih masih terasa di tanganku. Suasana malam yang makin larut, sepi sekali. Kali ini aku benar-benar ingin shalat yang khusuk.
Akan tetapi, tiba-tiba terpikir lagi olehku, “Apakah gigitan kucing tidak berbisa?!!.. Hancurlah lagi shalatku. Pikiranku melalangbuana entah kemana-mana. Hah......

Ya Allah ampunilah dosa-dosa hamba.
Berilah hamba petunjuk dan kekuatan untuk dapat melaksanakan amal ibadah
 yang Engkau perintahkan dengan khusuk dan ikhlas
Berilah hamba guru dan ilmuMu..
Bersihkan hati hamba yang penuh dosa tak terhingga ini...
Berikan hamba hidayahMu, ya Rabb...

Tidak ada komentar: