dan pohon bergoyang mengiringi
setiap derap langkah kaki
pagi-pagi sekali
bermandikan peluh sedang air liurnya masih basi
tak perduli, walau mentari semakin membakar bumi
tanah mengeras dan air terhenti meresap
dan ia harus bergulat lebih hebat lagi
lebih dari perjuangan
ketika ayahnya menjadi sang petani, dulu
ketika tanah masih gembur
dan air segar masih deras mengalir
yang tiada ia temui lagi hari ini
mentari masih terus membakar kulitnya
angin di pucuk-pucuk
terkadang menghela gerah dirinya
untuk menelan liur yang tersisa
menunggu kapankah panen tiba
Tidak ada komentar:
Posting Komentar