Rabu, 17 Juni 2015

Anak Petani

pixabay.com
angin berhembus di pucuk-pucuk
dan pohon bergoyang mengiringi
setiap derap langkah kaki

anak petani dan mentari
bersahabat dalam lusuhnya gulungan topi daun
pagi-pagi sekali
bermandikan peluh sedang air liurnya masih basi
tak perduli, walau mentari semakin membakar bumi
tanah mengeras dan air terhenti meresap
dan ia harus bergulat lebih hebat lagi
lebih dari perjuangan
ketika ayahnya menjadi sang petani, dulu
ketika tanah masih gembur 
dan air segar masih deras mengalir
yang tiada ia temui lagi hari ini

mentari masih terus membakar kulitnya
angin di pucuk-pucuk
terkadang menghela gerah dirinya
untuk menelan liur yang tersisa
menunggu kapankah panen tiba

Tidak ada komentar: