Aceh Tamiang – Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Aceh Tamiang yang diketuai oleh Bapak Hengki Purnama, S.Pd melakukan lawatan sejarah ke Bukit Kerang yang berlokasi di Kecamatan Bendahara pada hari Selasa Tanggal 03 November 2020. Kegiatan ini merupakan salah satu program kerja dari MGMP Sejarah untuk priode tahun 2020-2022 yang telah disusun beberapa minggu lalu.
Dalam kesempatan tersebut Bapak Hengki selaku ketua dari MGMP Sejarah berharap kedepannya situs tersebut mendapat perhatian lebih baik dari guru sejarah, dinas pendidikan maupun pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang. Selanjutnya ibu Fadillah salah satu guru sejarah di Kabupaten Aceh Tamiang mengaku sering membawa peserta didik untuk melakukan kegiatan study tour ke situs tersebut. Namun sangat disayangkan situs purbakala yang hanya tinggal beberapa buah lagi yang tersisa di dunia ini masih jauh dari kata terawat.
Sebenarnya di Aceh Tamiang sendiri terdapat 2 titik lokasi situs tersebut yang pertama di Kecamatan Bendahara dan yang kedua di Kecamatan Kejuruan Muda, namun yang di Kejuruan Muda sudah tidak terlalu Nampak, lanjut ibu Fadillah. Letaknya yang ditengah perkebunan sawit dan akses jalan menuju ke pusat situs tersebut sangat tidak terawat, karena apabila musim hujan datang jalannya tidak bisa dilewati. Sekitar tahun 2007 situs tersebut tela diteliti oleh Balai Arkeologi Medan yang dipimpin langsung oleh Bapak Ketut Wiradnyana bahkan sudah terbit bukunya dengan judul Prasejarah Sumatra Bagian Utara, Kontribusinya Pada Kebudayaan Kini, paparnya dalam pertemuan tersebut.
Kemudian pak Mispan yang juga merupakan salah satu guru senior sejarah juga membenarkan hal tersebut. Beliau menyampaikan ditahun 2010 MGMP Sejarah telah melayangkan proposal untuk melestarikan cagar budaya tersebut, namun langkah tersebut terhenti karena berbagai hal. Ya sekarang mungkin mulai saatnya kita berusaha kembali untuk meminta kepada pemerintah agar lebih memperhatikan situs tersebut. Sebelum kita bertemu ke pihak yang berwenang ada baiknya pada pertemuan selanjutnya akan kita bahasan masalah teknis tersebut.
Selain itu pembebasan lahan juga diharapkan bisa terjadi agar tempat tersebut tidak hanya menjadi cagar budaya tapi bisa dikelola oleh dinas terkait untuk objek wisata, sambung Gusmawan Amir salah seorang guru sejarah muda di Aceh Tamiang.
Kita berharap usaha MGMP Sejarah untuk melestarikan cagar budaya ini tidak berhenti sampai disini, karena masih banyak situs-situs sejarah di Aceh Tamiang yang masih jauh dari perhatian, tutupnya dalam kesempatan tersebut.(Joellee)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar