pixabay |
Harun Ar Rasyid merupakan khalifah pada masa keemasan Islam. Masa dimana Islam memainkan perannya dalam segenap aspek kehidupan. Pada masa itu beliau memiliki seorang anak, layaknya orang lain, maka anak-anak akan diserahkan kepada guru untuk belajar.
Walau dia adalah anak dari seorang khalifah, akan tetapi tidak mendapatkan perlakuan yang berbeda di tempat belajarnya. Setara anak yang lain. Hal ini tidak dikehendaki oleh sang khalifah.
Ia ingin agar anaknya mendapatkan perlakuan istimewa. Suatu ketika, ia mendapatkan buah hati kesayangannya sedang mendapatkan tugas yaitu menyiramkan air pada kaki gurunya, sedangkan selanjutnya guru tersebut membersihkan kakinya sendiri.
Betapa kecewanya Harun Ar Rasyid melihat perlakuan kepada anak khalifah masa itu. Ia tidak ingin anaknya mendapatkan perlakuan seperti itu. Anaknya diserahkan kepada sang guru agar dibina akhlak dan budi pekertinya, bukan hanya seperti itu.
Ia menegaskan kepada sang guru, mengapa anakku tidak disuruh menyiramkan dengan satu tangan sementara tangan yang lainnya membersihkan kaki sang guru?...
Demikianlah seorang pembesar memperlakukan anaknya untuk keberhasilan anak itu sendiri. Buah baik dari seorang anak maka orang tua juga yang menikmati hasilnya kelak. Walau nyawa telah tiada, walau tulang telah menjadi sampah di bawah pohon yang rindang.