Selasa, 23 Juni 2015

Malu Berbahasa Indonesia yang Benar

pixabay.com
Tulisan sejenis pernah dimuat di Harian Serambi Indonesia Edisi Cetak dan Online. Klik di sini


Adalah Sumpah Pemuda telah ikut andil untuk menguatkan identitas bahasa Indonesia. Bahasa bangsa yang demikian besar ini. Bangsa yang telah bebas merdeka. Akan tetapi perjalanan kemerdekaan selama ini telah menunjukkan memudarnya identitas bahasa Indonesia itu sendiri.

Dalam kehidupan sehari-hari saya sendiri bingung melihat penggunaan bahasa Indonesia itu. Banyak sekali penggunaan bahasa yang rancu dan menggunakan bahasa asing. Bahkan artikel saya ini juga ada menggunakan kata-kata dari bahasa asing yang telah terbiasa kita gunakan. Mungkin kita merasa jika tidak menggunakan kata atau istilah tersebut, seolah-olah kita kesusahan mencari kata yang tepat dalam bahasa Indonesia yang mudah dan ringkas untuk menyampaikan ide yang kita maksud. Serta hal yang sangat penting ialah tentunya pembaca akan mengangap kita terlalu berbelit-belit. Bahkan yang lebih menyedihkan lagi kalau mengangap kita terlalu awam ataupun apa yang kita sampaikan tidak menggunakan bahasa yang menarik. Padahal bukan hal itu yang kita inginkan. Jadi mau tidak mau kita harus mengalah atau pun malu dan kembali lagi menggunakan kata ataupun istilah-istilah yang sebenarnya bukan berasal dari bahasa Indonesia.

Di samping itu, sekarang ini yang sangat memprihatinkan ialah penggunaan bahasa dalam bidang teknologi informasi dan media massa. Dalam dunia teknologi informasi dan komunikasi sangat banyak istilah-istilah asing, seperti download, upload, print dan lain sebagainya. Demkian juga di media massa baik itu media cetak maupun elektronik banyak sekali menggunakan bahasa asing, seperti headlinenews, breakingnews, deadline dan lain sebagainya. 

Penggunaan bahasa asing oleh pelaku-pelaku pemerintahan di negeri sendiri juga sangat memperihatinkan. Baik itu di kalangan legislatif, eksekutif dan yudikatif. Jadi lengkaplah sudah dari mulai legislatif, eksekutif, yudikatif dan media massa banyak menggunakan bahasa asing. Padahal kita memiliki bahasa sendiri. Lalu untuk apa bahasa kita tersebut?... Apakah hanya di simpan dalam kamus umum bahasa Indonesia?...

Andai pun jika suatu kata yang berkembang belum ada dalam bahasa Indonesia. Ayo segeralah kita membuat dan membakukan kata tersebut. Di luar negeri mungkin kita pernah mendengar suatu kata baru, masuk kamus bahasa mereka. Bahkan ada baiknya kita menyerap atau pun membuat suatu kata dan istilah-istilah baru dari bahasa-bahasa yang ada di Indonesia itu sendiri yang selama ini belum terkenal. Itu lebih baik, jika dibandingka bahwa selama ini kita banyak menyerap bahasa asing dalam berbagai bidang keilmuan menjadi bahasa kita. Hal ini sangat tidak menguntungkan. Sebab bagi kita yang belum mengerti dengan kata tersebut harus mencari artinya lagi, seperti pengalaman pribadi saya.

Globalisasi, suatu proses dimana bahasa juga turut merasakan dampaknya. Sebab dalam arus globalisasi bahasa-bahasa asing terus masuk ke negeri kita. Dan secara sadar atau pun tidak kita telah turut mempergunakan bahasa asing tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga menjadi terbiasa. 

Kita tidak boleh membiarkan arus globalisasi terus menggerus bahasa Indonesia. Justru bagaimana caranya di era globalisasi kita menduniakan bahasa yang kita cintai ini. Dan hal itu harus kita mulai sekarang. Dengan menyusun atau memperbaiki serta menerapkan Undang-Undang tentang Bahasa. Agar bagaimana bahasa Indonesia ini benar-benar digunakan di negeri sendiri. Itu langkah awal yang sangat baik.

Tentunya kita tidak ingin bahasa Indonesia ini kehilangan jati dirinya di negeri sendiri. Malah kita bangga dengan bahasa asing. Ini sangat berbahaya. Bangsa ini tidak boleh munafik dengan bahasanya sendiri. Kalau sudah sepakat bahwa bahasa kita adalah bahasa Indonesia. Marilah segera kita menggunakanya di semua bidang dengan baik. Satu hal yang sangat penting harus kita ingat. Bahasa ialah salah satu alat pemersatu bangsa. Dan bahasa Indonesia adalah salah satu alat untuk mempersatukan bangsa Indonesia. Jangan sampai kita malu dengan bahasa sendiri.

Tidak ada komentar: