Selasa, 30 Juni 2015

Taqwa yang Diutamakan

Baca kitab Terjemahan Riyadlus Shalihin, hal 1, firman allah, tidaklah
sampai kepada allah daging darah kurban tetapi yang sampai kepadaNYA
adalah taqwa dari kamu sekalian.

Selanjutnya...

Potensi Manusia yang Luar Biasa

pixabay.com

Pada suatu hari, seorang anak menangis tersedu-sedu saat pulang dari sekolahnya. Melihat itu, dengan penuh kasih sayang, ibunya mendatangi si bocah. Saat ditanya, apa yang terjadi, si bocah hanya diam saja, sembari tetap mengucurkan air mata. Ia kemudian hanya menyerahkan selembar surat yang menurut gurunya harus diberikan segera pada ibunya.

Sembari masih bertanya-tanya apa yang terjadi, si ibu segera membuka surat itu. Ternyata, surat itu menjawab pertanyaannya. Inilah isi surat itu: “Karena anak Anda terlampau bodoh dan tak mampu memahami pelajaran serta menghambat kemajuan proses pembelajaran di sekolah, demi rasa tanggung jawab kami kepada murid-murid lain, maka kami sangat mengharapkan agar anak Anda secara terhormat menarik diri sendiri dari sekolah.” Rupanya, sebelum diberikan surat itu, si anak sudah diberi tahu oleh gurunya, agar esok hari tidak perlu masuk sekolah lagi. Hal itulah yang membuatnya menangis.

Mendapati kondisi itu, sang ibu tak tinggal diam. Ia berusaha agar si anak bisa sekolah lagi. Namun, karena tetap tak diterima oleh sekolah itu, sang ibu yang juga seorang guru kemudian bertekad: “Kalau sekolah tak mau menerimamu lagi, jangan khawatir, Nak. Aku pun bisa menjadi guru yang baik untukmu…”

Sejak saat itu, si bocah diajari berbagai hal oleh ibunya. Hal itu membuat si bocah berkembang menjadi anak yang punya keingintahuan sangat besar. Ia sering mengadakan berbagai eksperimen hingga akhirnya orangtuanya pun membuatkan laboratorium kecil di rumahnya.

Tumbuh dengan kasih sayang dari orangtuanya, si bocah menjadi makin senang meneliti, apa saja. Dan, karena orangtuanya tak punya cukup uang untuk membiayai kesenangan putranya, si bocah mencoba mandiri. Ia lantas berjualan koran dan permen untuk mencari uang tambahan guna membiayai penelitiannya.

Begitulah, si bocah kecil tumbuh jadi remaja yang sangat percaya diri. Meski berkali-kali gagal dalam eksperimennya, ia tetap terus mencoba dan mencoba lagi. Kasih sayang ibunya membuat ia jadi anak yang punya prinsip dan tidak takut gagal. Bahkan, saat orang lain sudah menyerah saat berkali-kali kurang sukses dengan yang dilakukan, ia terus maju. Dengan pembelajaran dan kasih sayang itulah, si bocah kini dikenal sebagai salah satu ilmuwan yang mampu mengubah dunia. Dialah Thomas Alva Edison.

Kisah ini saya ambil dari web Andrie Wongso dan cerita di atas memberikan inspirasi dan kesadaran bagi saya bahwa manusia diciptakan Tuhan dengan potensi luar biasa, dengan segala kesempurnaan dan seringkali tidak kita sadari. Apa yang menjadi kekurangan dalam pandangan kita atau pandangan orang lain bisa jadi itu merupakan kelebihan dan bonus luar biasa diberikan Tuhan untuk kita, tinggal bagaimana kita menafaatkannya. Saya yakin anda tidak menjalani hidup dari penilaian orang lain apalagi penilaian yang negatif, termasuk keyakinan yang anda jalani saat ini. Hidup anda akan bermakna ketika anda memberikan makna dalam hidup anda sendiri. Apapun penilaian orang terhadap anda, tetaplah berjalan dengan keyakinan yang anda miliki, tebarkan kebaikan kepada semua dan dimana saja dan yakinlah Tuhan akan selalu beserta orang-orang yang berbuat baik.

Semoga cerita di atas bisa memberikan semangat untuk kita semua dalam mengaruhi hidup yang serba tidak pasti ini.

Sumber: www.sufimuda.net

Selanjutnya...

Sebuah Cerita Tentang Bid’ah di Kampung Kami

pixabay.com


Kang Hanif, seorang anggota Ansor, telah lama didaulat masyarakat di desa untuk memangku masjid. Semua acara keagamaan dia yang memimpin. Suatu hari ada seorang berjenggot panjang dan bercelana cingkrang dari sebelah desa menudingnya sebagai pelaku bid’ah, churafat, takhayul, bahkan syirik.

“Mas, sampean jangan terus-terusan menyesatkan umat. Tahlilan, sholawatan, yasinan, manaqiban, bermaaf-maafan sebelum memasuki Ramadhan, itu bid’ah. Apalagi mendoakan mayit, tawasul atau ngirim pahala untuk orang sudah mati. Doa itu tidak sampai, bahkan merusak iman. Musyrik hukumnya,” kata orang tersebut dengan gaya sok paling Islam dan paling benar.

Kang Hanif hanya diam saja. Ia sudah beberapa kali menghadapi orang begitu yang biasanya hanya bermodal “ngeyel” dengan ilmu agama yg jauh dari memadai. Persis seperti anak kecil baru belajar karate, yang baru tahu satu dua jurus saja lagak lakunya belagu.

Walau kang Hanif telah 9 tahun mengaji di pesantren Tambak Beras dan paham betul dasar-dasar amaliyah itu, ia tetap tak membantah dan membiarkan orang itu terus menudingnya. “Percuma saja membantah orang itu. Hatinya tertutup jenggotnya. Mata hatinya tak seterbuka mata kakinya,” batin kang Hanif.

Beberapa waktu kemudian ayah orang yang berjenggot dan bercelana cingkrang itu meninggal dunia. Kang Hanif datang bertakziyah bersama para jamaahnya. Dia lantas berdoa keras di depan mayit si bapak dan jama’ahnya mengamini.

“Ya Allah, laknatlah mayit ini. Jangan ampuni dosanya. Siksalah dia sepedih-pedihnya. Kumpulkan dia bersama Fir’aun, Qorun dan orang yg Engkau laknati. Masukkan dia di neraka sedalam-dalamnya, selama-lamanya”.

Si jenggot bercelana cingkrang menghampiri Kang Hanif, bermaksud menghentikan doanya.
“Jangan protes. Katamu doa kepada mayit tidak akan sampai. Santai saja. Tidak ada yg perlu engkau khawatirkan bukan? Kalau aku sih yakin doaku sampai,” ujar kang Hanif tenang.
Muka si jenggot bercelana cingkrang pucat. Tak sepatah katapun keluar dari mulutnya yang biasa menghakimi orang lain.

Humor ini dikutip dari : nu.or.id, www.sufimuda.net

Selanjutnya...

Modern

pixabay.com
kini tak ada cinta
tanpa materi dan rayuan penuh kebohongan

uang menjadi raja
dikejar dan didusta
materi diagung-agungkan 
kalah bak tuhan

manusia bicara sendiri
tertawa, terbahak heran
semua penuh gemerlap
semuanya berebut jadi pemenang
sebagian lagi terpuruk derita
jangan kau tanyakan lagi mengapa?

Selanjutnya...

Daftar Isi: Dunia Sufi

Selanjutnya...

Senin, 29 Juni 2015

Ganja dan Sufi

pixabay.com

Asmat, baru saja bertobat. Ia mulai menyadari masa lalunya dengan narkoba menyesatkan dirinya. Ketika mulai masuk dunia Sufi, Asmat justru kembali ke narkoba lagi.
“Kamu kok begitu sih Mat? ”tegur kawannya, Darwis.
“Saya lakukan eksperimen, siapa tahu saya berdzikir sambil mengganja, tambah uueeenak, melayang dzikirku…”
“Kamu memang sudah edan makan semir Mat…”
“Coba Wis, kamu coba. Nganja sambil dzikir pasti enak tenan…”
Darwis nggak habis pikir pandangan Asmat yang kontroversial ini.
“Kamu sudah ghurur Mat. Kamu terkena tipudaya…?”
“Bagaimana kamu bilang begitu. Kan banyak orang berdzikir yang dicari nikmatnya dzikir, bahkan kalau perlu bisa nangis-nangis segala…”
“Lhahadala…Itu to yang membuatmu begitu…”
“Jelaskan?”
“Dzikir itu tujuannya agar bertemu Allah, Musyahadah kepada Allah, hadir di depan Allah. Bukan mencari nikmatnya dzikir atau…. Bisa-bisa kamu melayang nggak karuan campur syetan nanti…”
“Campur syetan bagaimana Wis?”
“Kamu nge-ganja, pasti kamu mengkhayal. Sedangkan hatimu tidak ingin sama sekali bersenang-senang dengan kenikmatan khayalmu, hatimu hanya sedang mengingat Allah, bagaimana bisa nyampe pada Allah, kalau yang kau unggulkan, kau senangi selera nafsumu?”
Asmat bengong lagi….
“Sudah begini saja, teruskan nge-ganjamu. Apa kamu nanti bisa bertemu Allah atau bertemu syetan…Coba! Nanti kalau kamu dicabut nyawamu saat kamu nge-ganja sambil dzikir, kamu husnul khotimah apa su’ul khotimah, saya nggak mau ikut-ikut akh…”
Asmat lalu menyedot sekuat-kuatnya ganja yang di tangannya. Semakin lama ia mengkhayal semakin bergentar jantungnya, semakin gelisah dan gundah jiwanya. Diam-diam ia bisa membedakan mana hasrat nafsu dibalik ibadah, hasrat nafsu dengan kemanjaan dan khayalan, dan hasrat hati yang sesungguhnya.
“Wiisss…! Darwiiiiiiiisss! Kamu dimana Wis!…”
Asmat berteriak sekencang-kencangnya.
“Aku sejak tadi disini Mat. Di dekatmu….”
Asmat terkejut dan mulai menangis sesenggukan.

Sumber : www.sufinews.com, www.sufimuda.net

Selanjutnya...

Bila Datang

hadrial.blogspot.com
jangan kau lupa
bila ia datang
tak usah lagi berpura
apalagi bersandiwara 
harap kau ingat datang dan pulang
semua ada dan kau masih terlena

bila datang
kau kan tergopoh-gopoh
lalu sadar dari buaian nyata
percuma…..

Selanjutnya...

Minggu, 28 Juni 2015

Nikmatnya Setetes Air Saat Berbuka Puasa

Alhamdulillah setelah berpuasa seharian, akhirnya saat berbuka tiba, nikmat sekali setitik air itu. Itulah bukti nikmat Allah yang telah ia berikan untuk ciptaanNYA, tak terkecuali manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Sebenarnya yang kita lakukan selama ini ialah memperturutkan nafsu kita. Sehingga nikmat Allah seolah-olah sirna dari hadapan kita. Di bulan suci Ramadhan inilah saatnya kita introspeksi diri. Kita menahan diri dari godaan nafsu. Insyaallah kita akan menemukan dan merasakan betapa besar nikmat Allah yang sudah diberikan. Seperti setitik air itu. Kalau sudah tiada baru terasa. Jangan sampai begitu.

Selanjutnya...

Download Ceramah K.H. Zainuddin MZ Tentang Mencari Jodoh

pixabay.com

Assalamu'alaikum sahabat Hadrial Aat yang baik hati. Apa kabarnya? Semoga selalu semangat dalam menjalani hari-harinya ya. Tenang saja, teruslah berdo'a dan berusaha. Jangan takut gagal ya.  Sahabat, pada kesempatan kali ini saya ingin berbagi ceramah K.H. Zainuddin MZ tentang mencari jodoh, mungkin bisa menemani ibadah puasa para sahabat sekalian terutama untuk yang masih jomlo he he dan dapat meningkatkan semangat berpuasanya. Ok?..

Untuk mengunduhnya klik aja di sini. Semangat ya dalam berpuasa dan belajar, menuntut ilmu, semoga puasanya makin berkualitas. Aamiin...

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Terus Semangat...!!! Monggo...!!!

Catatan: Disarankan mengunduhnya menggunakan perangkat yang memadai, jika tidak bisa diunduh, berarti ada kesalahan teknis, mohon maaf.

Selanjutnya...

Ramadhan Itu Bukan Bulan Perang Senjata

pixabay.com

Sungguh disayangkan di bulan suci Ramadhan ini, bagaikan bulan perang, suara petasan bersahut-sahutan, bagaikan suara senjata. Baik siang maupun malam. Haruskah Ramadhan kehilangan makna, dari perang melawan nafsu menjadi perang suara-suara petasan? Mari sama-sama kita saling menjaga suasana Ramadhan ini dengan sikap dan perbuatan kita masing-masing. 

Selanjutnya...

Makan, Tidur

pixabay.com

Gendhut, ia biasa dipanggil, salah satu pesuluk di pesulukan thariqat, setiap hari hanya makan tidur di pemondokan. Ia jarang sekali beramal (zikir), pokoknya habis sholat dan Tawajuh ia langsung tidur, sambil menunggu kapan maghrib dan buka puasa.
“Kanapa kamu makan tidur melulu?” tegur kawannya.
“Lah, memang begitu ajarannya?”
“Ajaran dari siapa?”
“Dari Pak Kyai…”
Kawannya kaget bukan main. Enak benar si gendhut ini makan tidur. Jangan-jangan oleh Kyainya memang diperintah demikian, pikirnya.
“Bagaimana sih ceritanya kok kamu disuruh makan tidur saja selama ini?”

“Kata Pak Kyai, saya disuruh memilih jadi penumpang model mana, seandainya saya naik bus, sopirnya kebut-kebutan, juga nabrak sana dan nabarak sini, sampai semua penumpang terluka, namun akhirnya sampai tujuan juga. Ada lagi supirnya kebut-kebutan, hampir menabrak orang dan pohon, tapi tidak jadi, para penumpang sering menjerit-jerit. Tapi akhirnya sampai tujuan pula. Dan ketiga, saya jadi penumpang sopirnya kebut-kebutan, dan para penumpang sejak naik bus sudah tidur pulas. Begitu bangun sudah sampai tujuan. Lha saya pasti memilih yang terakhir itu Kang…?”

Mendengar cerita si gendhut kawannya hanya bengong nggak habis pikir. Betapa hebatnya si gendhut ini, saking taatnya pada Kyainya sampai salah tafsir seperti itu. Hingga setiap hari hanya makan dan tidur…Wehwehweh, ini sanepo jadi beneran….

Untungnya kawannya menjelaskan maksud ungkapan Pak Kyainya, yang memilki makna begitu dalam di dunia ruhani dan perjalanan sang hamba, hingga si Gendhut rupanya mulai sadar.
Anehnya si gendhut malah semakin kuat tidurnya. Entah, tidur macam apa lagi yang ia lakoni….Apa penjelasannya kawannya justru semakin disalahpahami, atau sedang meningkatkan ruhaninya? 

Wallahu A’lam…

Sumber: www.sufimuda.net

Selanjutnya...

Sabtu, 27 Juni 2015

Download Ceramah K.H. Zainuddin MZ Tentang Penyakit Batin

pixabay.com

Assalamu'alaikum sahabat Hadrial Aat yang baik hati. Apa kabarnya? Semoga selalu semangat dalam menjalani hari-harinya ya. Tenang saja, teruslah berdo'a dan berusaha. Jangan takut gagal ya.  Sahabat, pada kesempatan kali ini saya ingin berbagi ceramah K.H. Zainuddin MZ tentang penyaki batin, mungkin bisa menemani ibadah puasa para sahabat sekalian dan dapat meningkatkan semangat berpuasanya. Ok?..

Untuk mengunduhnya klik aja di sini. Semangat ya dalam berpuasa dan belajar, menuntut ilmu, semoga puasanya makin berkualitas. Aamiin...

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Terus Semangat...!!! Monggo...!!!



Catatan: Disarankan mengunduhnya menggunakan perangkat yang memadai, jika tidak bisa diunduh, berarti ada kesalahan teknis, mohon maaf.

Selanjutnya...

Jawab: Sejarah dan Makna Simbol Bulan Sabit dan Kubah Masjid

pixabay.com
Assalamu'alaikum sahabat Hadrial Aat. Apa kabar? Gimana udah baca kan tulisan sebelumnya: Tanya: Sejarah dan Makna Simbol Bulan Sabit dan Bintang di Kubah Mesjid, jika belum klik di sini, atau cari saja di blog ini. Berikut jawaban yang dikirimkan kepada saya:

Assalamu'alaikum

Terima kasih atas pertanyaannya.

Berikut tanggapan kami melalui Bpk. M. Arifin - Dewan Pakar Pusat Studi Al-Qur'an :

Bismillahirrahmanirrahim,

Rasanya –untuk keperluan seperti ini– kita perlu membedakan antara Islam sebagai ajaran di satu sisi, dengan Islam sebagai peradaban dan kebudayaan di sisi lain. Islam sebagai ajaran bersifat doktrinal (kita sebut saja "Islam Doktrin"), harus bersumber dari al-Qur'an dan Hadits; sedangkan Islam sebagai peradaban ("Islam Peradaban") muncul dari hasil kreasi manusia Muslim yang sejalan dengan nilai-nilai al-Qur'an dan Hadits. Atau bisa juga merupakan hasil akulturasi nilai-nilai Islam dengan kebudayaan yang sudah berkembang pada suatu masa atau di suatu tempat tertentu.

Nah, mesjid yang berkubah itu termasuk "Islam Peradaban". Itu adalah salah satu hasil akulturasi masyarakat Muslim (dengan nilai-nilai Islam yang mereka anut) dengan budaya lain. Pada masa Rasulullah saw. kubah belum dikenal. Mesjid-mesjid dibangun tanpa kubah. Tradisi penggunaan kubah dalam bangunan mesjid baru dikenal setelah masa Umar bin Khattab ra. yang membangun qubbat ash-shakhrah (Kubah Batu) di Palestina. Budaya membangun mesjid dengan kubah kemudian menemukan momentum untuk berkembang dan meluas ke seluruh belahan dunia Islam ketika Turki Usmani berkuasa dan menjadi imperium besar.

Karena merupakan produk budaya, kubah bukan suatu keharusan yang melekat pada mesjid. Mesjid tetap "sah" sebagai mesjid walaupun tanpa kubah. Mesjid-mesjid kuno di Jawa banyak sekali yang tidak memiliki kubah. Mesjid-mesjid yang dibangun oleh Yayasan Muslim Pancasila pada era Soeharto seluruhnya tidak memiliki kubah dengan bentuk setengah bulatan.

Begitu juga dengan lambang bulan [sabit] dan bintang. Itu juga bukan doktrin, bukan ajaran bahwa umat Islam harus menjadikan bulan bintang sebagai lambang. Tetapi, meski demikian, ia mempunyai muatan filosofi yang dapat dimengerti.

Pada bulan sabit itu terkandung makna semangat agama Islam itu sendiri, yaitu semangat pembaruan. Sebab, bulan selalu baru, selalu berubah setiap hari. Dari kecil, tipis, membesar, kemudian bulat pada saat purnama, lalu mengecil lagi, dan akhirnya tidak terlihat. Ajaran Islam pun diyakini sebagai ajaran yang "memperbarui" ajaran agama-agama yang sudah diturunkan sebelumnya.

Karena setelah Islam tidak ada lagi agama baru yang diturunkan oleh Allah, dan tidak ada lagi nabi dan rasul baru yang diutus oleh Allah kepada umat manusia, maka agama Islam harus mengandung semangat pembaruan itu, untuk menjamin kesinambungan dan keabadian ajaran Allah di Bumi hingga hari Kiamat. Semangat pembaruan ini pula yang terkandung di dalam peristiwa hijrah yang dijadikan awal penanggalan kalender Islam.

Seperti halnya kubah, lambang bulan sabit dan bintang pun berkembang luas di dunia Islam pada masa Turki Usmani. Turki Usmani-lah yang pertama-tama menggunakan bulan sabit [dan bintang] sebagai lambang. Sampai saat ini bendera Turki bergambar bulan sabit dan bintang.

Meski merupakan "Islam Peradaban", lambang bulan sabit juga bisa jadi ada muatan "ideologis"-nya. Ketika dunia internasional membentuk organisasi kemanusiaan bernama International Red Cross (diindonesiakan menjadi Palang Merah Internasional), banyak negara Muslim, terutama di Timur Tengah, yang menolak untuk bergabung. Bagi mereka, cross (yang berarti 'palang' atau 'salib') dinilai sangat sensitif yang merupakan lambang atau simbol agama tertentu. Sebagai gantinya, mereka menamakan organisasi serupa di negara mereka dengan nama Jam'iyyat al-Hilâl al-Ahmar (Organisasi Bulan Sabit Merah). Di Indonesia pun sebelum reformasi hanya ada satu organisasi serupa, yaitu Palang Merah Indonesia (PMI), tetapi setelah era reformasi –yang antara lain ditandai dengan kebebasan lebih luas dibandingkan era sebelumnya– berdiri pula Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) di samping PMI. Tokoh-tokoh pendiri BSMI adalah tokoh-tokoh Muslim.

Demikian, saya kira. Wallahu a'lam bish-shawab.

Sumber: Dokumentasi Email Pribadi. Menghubungi saya klik di sini

Jawaban dan pertanyaannya juga mereka publikasikan di sini.

Begitulah jawabannya, sahabat. Semangat ya dalam berpuasa dan belajar, menuntut ilmu, semoga puasanya makin berkualitas, dan jangan lupa doakan saya agar diberikan rezeki bisa menaikkan orang tua haji he he he... Impian besar saya yang belum terwujud. Mudah-mudahan dengan do'a-do'a dari para sahabat semua, impian tersebut segera terwujud. Aamiin... 

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Lebih Semangat Lagi, chaiyo...!!!

Selanjutnya...

Risalah Hati

pixabay.com

aku ingin meraihmu
tapi terlalu  goyah kau ajak aku menari 
dengan gerak yang tak kupahami
aku pun lelah
hatiku gundah

pandangi aku 
dan palingkan terus wajahmu
sampai kau puas
memenuhi target dan cita-citamu
suatu masa ambisimu
akan menguras air matamu
hingga hatimu juga sesak oleh derita

cinta yang tulus
telah Allah berikan untukmu
jangan nanti kau mengeluh akan kisahmu
setan dalam hati
berdiri di atas kerasnya hatimu
nanti kau tau
mana yang harus dan tak harus kau cari

Selanjutnya...

Anak Sekolah

pixabay.com

biarkan ia bercerita, berlari dan terdiam
lemparkan tas-tas mereka
baju dan sepatu
buang semua buku
tinggalkan kelas-kelas itu
jangan ajarkan mereka jadi penipu
jangan kau kotori mereka dengan sistemmu

hapuskan ijazah
tak guna nilai di dalamnya
jika sikap tiada dan akhlak tercela
guru tiada harganya

lepaskan semua 
biar alam menjadi kelasnya
semua orang menjadi gurunya
dan tak usah kau perduli 
dia harus lebh tinggi dan berarti dari zaman ini
karena dia kan hidup jauh berbeda 
dari zamanya kita

Selanjutnya...

Nol

pixabay.com
belajarlah
pada filsafat angka nol
yang sangat berarti
bila berdekatan dengan angka lain

Selanjutnya...

Tanya: Sejarah dan Makna Simbol Bulan Sabit dan Bintang di Kubah Mesjid

pixabay.com

Assalamu'alaikum sahabat Hadrial Aat. Udah mandi belum he he. Oh iya hari ini sudah memasuki hari yang ke sepuluh Ramadhan ya sahabat, kalau gak salah. Semoga puasanya makin kuat ya sahabat dan amalannya diterima oleh Allah SWT. 

Sahabat, pada kesempatan kali ini saya ingin berbagi kisah. Kisahnya begini, suatu hari ada yang bertanya kepada saya. Kalau tidak salah adalah seorang gadis cantik yang bertanya itu. Pertanyaanya kira-kira seperti ini: Apa makna simbol bulan sabit dan bintang pada kubah mesjid. Menurut saya kritis juga gadis ini pertanyaanya. Saya pun menunda jawabannya, dan berusaha mencari jawabannya.

Setelah saya bertanya kepada teman-teman, saya tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan juga. kemudian saya mencoba mencari jawabannya di internet, pun tidak saya temukan jawaban yang memuaskan. Akhirnya saya memberanikan diri untuk mengajukan pertanyaan tersebut kepada Dewan Pakar Pusat Studi Al-Qur'an melalui situs www.alifmagz.com dengan mengisi format pertanyaan yang disediakan.

Berikut, sahabat bisa simak pertanyaan yang saya kirimkan:
Assalamualaikum. Wr. Wb.
Saya minta tolong pencerahanya, mengenai simbol bulan dan bintang puncak kubah mesjid. Baik itu sejarah dan maknanya.
Wassalammualaikum Wr. Wb
Sumber: Dokumentasi Email Pribadi

Begitulah kisahnya duhai para sahabat sekalian (lebay he he he). Alhamdulillah pertanyaan saya tersebut dijawab dan jawabannya dikirimkan ke email saya juga. Para sahabat mau tahu jawabannya? Sabar ya... Tungggu saja tulisan selanjutnya, Insya Allah di bulan suci ini, saya Alhamdulillah banyak waktu, saya akan bagikan untuk para sahabat semua. Untuk itu mari sama-sama doakan agar kita semua diberikan kesehatan dan kekuatan untuk menjalankan perintah Allah serta menjauhi larangannya. Aamiin. Mohon maaf jika ada kata-kata yang salah ya. Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Makin Semangat, chaiyo...!!!

Selanjutnya...

Sang Raja dan Anak Miskin

pixabay.com

Assalamu'alaikum sahabat Hadrial Aat, apa kabarnya, semoga makin sehat dan semangat berpuasa ya. Di bulan yang mulia ini saya mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa, semoga amalannya diterima oleh Allah SWT. Sahabat, pada kesempatan kali ini saya ingin berbagi kisah, mungkin bisa menemani ibadah puasa para sahabat sekalian atau juga ada hikmah yang bisa diresapi dari kisah berikut ini.

Sendirian saja, orang tidak akan bisa menempuh jalan dalam perjalanan batinnya. Kau tidak usah mencoba menempuhnya sendirian, sebab harus ada pembimbingmu. Yang kita sebut raja adalah pembimbing, dan anak miskin itu Si Pencari.

Dikisahkan, Raja Mahmud dan tentaranya terpisah. Ketika sedang mengendarai kudanya kencang-kencang, dilihatnya seorang anak lelaki kecil berada di tepi sungai. Anak itu telah menebarkan jalanya ke sungai dan tampaknya sangat murung.

“Anakku,” kata Sang Raja, “kenapa kau murung? Tak pernah kulihat orang semurung kau itu.”

Anak lelaki itu menjawab, “Hamba salah seorang dari tujuh bersaudara yang tidak berayah lagi. Kami hidup bersama ibu kami dalam kemelaratan dan tanpa bantuan siapapun. Hamba datang kemari setiap hari, memasang jala mencari ikan, agar ada yang dimakan setiap malam. Kalau hamba tak menangkap seekor ikanpun pada siang hari, malamnya kami tak punya apa-apa.”

“Anakku,” kata Sang Raja, “bolehkah aku membantumu?” Anak itu setuju, dan Rajapun melemparkan jala yang, karena sentuhan kewibawaannya, menghasilkan seratus ikan.”

Catatan:
Oleh orang-orang yang belum luas pengetahuannya, sistem metafisika sering dikira sebagai menolak nilai “benda duniawi” atau, sebaliknya, menjanjikan melimpahnya keuntungan kebendaan.

Namun, dalam Sufisme “hal-hal baik” yang dicapai tidak selalu kiasan atau sama sekali harafiah. Kisah perumpamaan ini berasal dari Faridudin Attar, dicantumkannya dalam Parlemen Burung, dan dipergunakan dalam pengertian baik harafiah maupun perlambangan. Menurut para darwis; seseorang bisa mendapatkan kekayaan kebendaan dengan jalan Sufi, apabila hal itu demi keuntungan Jalan dan juga dirinya sendiri. Disamping itu, ia pun akan mendapatkan kepuasan rohani sesuai dengan kemampuannya mempergunakan hal itu dengan cara yang benar.

Begitulah kisahnya para sahabat, apakah ada hikmah yang bisa diresapi? Semoga saja ada ya... Semangat ya dalam berpuasa dan belajar, menuntut ilmu, semoga puasanya sampai sore, menjelang berbuka jangan lupa do'akan saya ya he he he. Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Sumber: www.sufimuda.net

Selanjutnya...

Cermin

pixabay.com
bercerminlah kita
pada tanah 
yang hitam dan kotor
akhirnya
ke sanalah jasad ini
akan dibenamkan

senyumlah 
meskipun pahit
hanya amal dan ahlak mulia
yang kan abadi
nanti……

Selanjutnya...

Jumat, 26 Juni 2015

Download Buku Sejarah Untuk SMA/MA Kelas X

pixabay.com

Assalamu'alaikum sahabat Hadrial Aat. Maaf ya tidak basa-basi lagi. Mengingat sebentar lagi musim sekolah masuk kembali (emang buah-buahan apa pakai musim) he he he.. Pada kesempatan kali ini saya ingin berbagi file buku Sejarah untuk SMA/MA Kelas X. Mungkin bisa dijadikan referensi bagi sahabat semua.

Klik di sini untuk mengunduhnya. Saya mendapatkannya dari situs Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Semoga aja ada manfaatnya ya para sahabat, jika tidak ada manfaatnya saya mohon maaf. Seperti biasa jangan lupa do'akan saya ya... Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Terus semangat...!!!

Catatan: Disarankan mengunduhnya menggunakan perangkat yang memadai, jika tidak bisa diunduh, berarti ada kesalahan teknis, mohon maaf.


Selanjutnya...

Anjing, Tongkat dan Sufi

pixabay.com
Assalamu'alaikum sahabat Hadrial Aat, apa kabarnya, semoga makin sehat dan semangat berpuasa ya. Di bulan yang mulia ini saya mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa, semoga amalannya diterima oleh Allah SWT. Sahabat, pada kesempatan kali ini saya ingin berbagi kisah, mungkin bisa menemani ibadah puasa para sahabat sekalian atau juga ada hikmah yang bisa diresapi dari kisah berikut ini.


Pada suatu hari seorang yang berpakaian sebagai Sufi berjalan-jalan; ia melihat seekor anjing di jalan; ia pun memukulnya dengan tongkat. Si Anjing, sambil melolong kesakitan, berlari menuju Abu Said, Sang Ulama. Anjing itupun menjatuhkan dirinya dekat kaki Sang Ulama sambil memegang moncongnya yang terluka; ia mohon keadilan karena telah diperlakukan secara kejam oleh sufi itu.

Abu Said mempertemukan keduanya. Kepada Sufi dikatakannya, “O Saudara yang seenaknya, kenapa kau perlakukan binatang dungu ini sekasar itu! Lihat akibat perbuatanmu!”

Sang Sufi menjawab,”itu sama sekali bukan salahku, tapi salahnya Saya tidak memukulnya tanpa alasan, saya memukulnya karena ia mengotori jubahku.”

Tetapi Si Anjing tetap menyampaikan keluhannya.

Kemudian Sang Bijaksana berbicara kepada Anjing, “Dari pada menunggu Ganti Rugi Akhirat, baiklah saya berikan ganti rugi bagi rasa sakitmu itu.”

Si Anjing berkata, “Sang Agung dan Bijaksana! Ketika saya melihat orang ini berpakaian sebagai Sufi, saya berfikir bahwa ia tak akan menyakiti saya. Seandainya saya melihat orang yang berpakaian biasa saja, tentunya akan saya berikan keleluasaan padanya untuk lewat. Kesalahan utama saya adalah menganggap bahwa pakaian orang suci itu menandakan keselamatan. Apabila Tuan ingin menghukumnya, rampaslah pakaian Sufinya itu. Campakkan dia dari pakaian Kaum Terpilih Pencari Kebenaran …”

Anjing itu sendiri berada suatu Tahap dalam Jalan. Sangat keliru kalau kita beranggapan bahwa manusia harus lebih baik darinya.

Catatan:
“Penciptaan keadaan” yang disini ditampilkan oleh jubah Sufi sering disalahtafsirkan oleh kaum kebatinan dan keagamaan apa saja sebagai sesuatu yang berhubungan dengan pengalaman dari kegunaan nyata.

Kisah ini, dari buku Attar Ilahi-Nama, sering diulang-ulang oleh para Sufi “Jalan Salah,” dan dianggap ciptaan Hamdun Si Pemutih Kain, pada abad kesembilan.

Begitulah kisahnya para sahabat, apakah ada hikmah yang bisa diresapi? Semoga saja ada ya... Semangat ya dalam berpuasa dan belajar, menuntut ilmu, semoga puasanya sampai sore, menjelang berbuka jangan lupa do'akan saya ya he he he. Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Sumber: www.sufimuda.net

Selanjutnya...

Download Ceramah K.H. Zainuddin MZ Tentang Puasa

pixabay.com
Assalamu'alaikum sahabat Hadrial Aat yang baik hati. Apa kabarnya? Semoga selalu semangat dalam menjalani hari-harinya ya. Tenang saja, teruslah berdo'a dan berusaha. Jangan takut gagal ya.  Sahabat, pada kesempatan kali ini saya ingin berbagi ceramah K.H. Zainuddin MZ tentang puasa , mungkin bisa menemani ibadah puasa para sahabat sekalian dan dapat meningkatkan semangat berpuasanya he he he

Untuk mengunduhnya klik aja di sini. Semangat ya dalam berpuasa dan belajar, menuntut ilmu, semoga puasanya makin berkualitas, dan jangan lupa doakan saya agar bisa menaikkan orang tua haji he he he... Impian besar saya yang belum terwujud. Mudah-mudahan dengan do'a-do'a dari para sahabat semua, impian tersebut segera terwujud. Aamiin...
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Terus Semangat...!!! Monggo...!!!



Catatan: Disarankan mengunduhnya menggunakan perangkat yang memadai, jika tidak bisa diunduh, berarti ada kesalahan teknis, mohon maaf.


Selanjutnya...

Kamis, 25 Juni 2015

Ujian CPNS

pixabay.com
Catatan: 
Cerita ini hanyalah karangan semata, maaf jika ada kesamaan nama, tempat, alur cerita, dan lain-lain, tidak ada maksud untuk menjelekkan lembaga tertentu.

Guru sekolahnya pernah berkata, “Ini bukan ujian yang sebenarnya, nanti ada ujian yang sebenarnya di kehidupan kalian.”

Itu yang dikatakan gurunya saat ujian kelulusan di Sekolah Menengah Umum dahulu. Tetapi saat itu ia masih terlalu lugu untuk memahami petuah gurunya itu. Yang hanya dianggapnya angin lalu, masuk kuping kanan keluar kuping kiri. Sekarang, sedikit ia baru mengerti ujian yang dimaksudkan gurunya itu. Mungkin ini salah satunya?

Ujian untuk menjadi pegawai negeri sipil atau PNS salah satunya yang baru ia hadapi. Ujian yang ia harapkan dapat mengubah nasibnya dan keluarganya. Ujian yang bisa memberikan harapan pekerjaan. Ujian yang akan menjamin hidup hari tuanya. Ujian yang menjadi impian ia dan ribuan orang lainnya untuk berharap lulus.

Untuk itu harus banyak diperlukan perjuangan dan pengorbanan. Demi satu kata, jasi PNS. Tetapi itu semua sudah ia lalui. Dari mulai mengurus kartu tanda pencari kerja sampai menulis surat lamaran. Dari memulai memfotocopy ini itulah, sampai memfoto dirinya sendiri.

Lepas dari itu semua ia sangat bangga karena ia sudah mengikuti ujian seleksi penerimaan calon pegawai negeri sipil di daerahnya sendiri.

Kali ini ujiannya luar biasa. Soal ujiannya ratusan soal yang dibagi dalam beberapa babak dan diawasi oleh dua orang pengawas.  Permisi saja hanya boleh lima menit, lebih dari itu ujiannya dibatalkan.

Tetapi kali ini ia sangat berbesar hati. Hal itu dikarenakan pidato bapak presidennya, bapak menterinya dan bapak-bapak lainnya, yang mengatakan bahwa penerimaan kali ini bebas korupsi, kolusi dan nepotisme alias KKN. Semua  lembar jawaban akan diperiksa dengan menggunakan sistem komputer.

Bebas KKN! Entah penerimaan kali ini  benar-benar murni, atau penerimaan kali ini benar-benar bebas semaunya untuk KKN. Tetapi hal itulah yang memotivasi dirinya untuk ikut tes kali ini.

Sebenarnya ia sudah tidak bersemangat lagi untuk mengikuti  tes penerimaan semacam ini. Ia sudah terlalu letih mengikuti bannyaknya tes, dari mulai tes penerimaan jadi tentara, tes penerimaan jadi polisi, tes jadi karyawan swasta sampai tes untuk menjadi pegawai negeri. Untuk tes jadi pegawai negeri ini saja ia sudah mengikutinya sebanyak lima kali. Akan tetapi hasilnya selalu mengecewakan dirinya. Dan akhirnya ia menyimpulkan bahwa untuk lulus tes-tes semacam itu ialah harus punya kerabat atau atau minimalnya harus punya puluhan juta duit, karena negara ini semuanya UUD, ”Ujung-Ujungnya duit”. Ia berpendapat sedemikian naifnya karena ia punya alasan. Alasan yang ia rasa cukup masuk akal. Bagaimana Mungkin? Sewaktu sekolah menengah saja ia mampu juara satu tingka propinsi. Mustahil tes semacam ini yang soal-soalnya  dianggap terlalu mudah ia tidak lulus? Tidak mungkin ia tidak lulus, atau tuhan yang belum memberikannya rezeki???

Ah... sudahlah, itukan dulu! Sekarang panitianya sudah menjamin bahwa penerimaan kali ini bebas KKN. Tetapi ia belum juga yakin. Masih ada keraguan dalam kata itu. Keraguannya bertambah ketika hasil ujian yang sebelumnya dijadwalkan akan diumumkan paling lama dua minggu setelah ujian dilaksanakan ternyata tidak terbukti. Bahkan ia mulai yakin bahwa penerimaan kali ini sama dengan penerimaan yang dulu. Penerimaan yang hanya dijadikan proyek para pejabat negaranya dan ia menjadi satu bulan-bulananya.
”Jangan-jangan panitianya bubar,” Emaknya angkat bicara.
”Mustahil, Mak!”
”Apanya yang mustahil, dulu juga begitu, ketika engkau melamar kerja di Medan,” kata emaknya. ”Yang engkau dites dengan sistem komputerlah, pengumumannya di surat kabarlah, inilah, itulah....!” Sunggut emaknya kesal.
”Tapi, Mak, ini berbeda. Ini bukan tes karyawan swasta. Ini tes pegawai negeri sipil, Mak. Negara yang punya urusan, bukan swasta.”
”Terserah engkaukah Latief. Bagi Emak orang-orang di sana sama saja. Sama rakus dan kejamnya. Semuanya ingin ia luluskan, kalau ada uang sogokan atau saudaranya. Tidak percaya engkau dengan kata Emak, lihat aja nanti,” ujar Emaknya.
Lemas ia mendengar ucapan Emaknya. Rasanya tidak ada harapan baginya.Orang yang selama ini sangat ia agungkan karena do’anya berkata demikian pahitnya. Tetapi , terkadang hal itu ada benarnya. Apalah ia hanya orang biasa yang tak punya uang, relasi, atau kerabat di lingkungan pemerintahan. Tidak seperti rekan-rekanya yang ketika ujian sudah sibuk. Mereka sibuk mencari calo atau mendekati pejabat-pejabat yang bersangkutan untuk menyodorkan uang sementara ia hanya bisa ia hanya bisa mendekati buku-buku atau mantan gurunya untuk mengulang semua bahan pelajaran. Ia hanya membanting tulang dan memeras otaknya. Ia pasrah, ia hanya menyerahkan segalanya kepada tuhannya, Allah.
Tetapi, ucapan Emaknya tidak terbukti. Walaupun pengumumannya sempat tertunda sampai bulan Maret, itu tidak jadi masalah baginya. Persoalan itu tidak dihiraukannya lagi karena ia sangat gembira ketika namanya tertulis di sebuah kolom koran. Ia memastikan lagi dengan melihat nomor ujiannya.
”Sa-tu, li-ma, e-nol, sa-tu sa-tu, e-nol, e-nol sem-bi-lan, liiima, haa...., benar” desahnya sendiri. “Aku lulus…!! teriaknya  dengan menambahkan loncatan dan senyumnya.
“Selamat-selamat…!” ujar teman-temannya.
”Kapan kami ditraktir?” tanya seorang temannya.
Ditraktir...??? ia mengulum senyumnya. Begitu ia lulus, dengan mudah mereka minta ditraktir? Mereka tidak pernah ingin tahu berapa kali ia mereguk sendiri kekalahannya...? Dan sekarang begitu lulus, semuannya mengerubunginya. Tak semudah itu!
”Berapa kamu habis modal?” tanya seorang temannya.
”Aku, Latief, bersumpah tidak main KKN,” ujarnya denagan tangan diangkatnya.
”Ah, mustahil. Hari gini..... nggak KKN,” goda teman-temanya.
Kembali ia tersenyum hambar demi mendengar ucapan teman-temanya. Rupanya negeri ini kebohongan lebih dipercaya dan lebih bonafid daripada sebuah kejujuran.
”Sudah yang penting sekarang engkau cepat mendaftar ulang. Kalau tidak engkau dianggap gugur,” seorang temannya berkata meyadarkan ia dari lamunannya.
Rupanya tidaklah mudah menjadi seorang PNS. Setelah ia dinyatakan lulus, ia masih harus mendaftar ulang. Dan mendaftar ulang yang dimaksud disini tidaklah segampang mendaftar ulang di sekolahnya dulu. Sangat banyak surat-surat yang harus dilampirkan. Mulai surat lamaran yang harus ditulis  ulang di atas kertas bermaterai, sampai surat lainya, seperti surat catatan kepolisian, surat keterangan berbadan sehat, kartu tanda pencari kerja, surat tidak terlibat dalam partai politik dan banyak surat lainnya lagi. Tetapi, yang lebih menyakitkan waktu yang diberikan panitian cuma tiga hari. Sementara itu, di setiap kantor pengurusan surat-surat tersebut terjadi antrian yang sangat panjang. Ia harus berpacu dengan waktu tiga hari.
Ia pun sudah maklum dengan tabiat para pekerja kantoran itu. Terpaksa ia harus mengeluarkan uang pelicin agar surat yang diperlukan cepat dikerjakan oleh pegawai di kantor tersebut.  Akhirnya ia merenggut sesuatu yang menghiasi di leher Emaknya. Kalung Emaknya ia jual. Dari penjualan itu ia mandapatkan uang. Tetapi tidak masalah, status PNSnya tinggal selangkah lagi. Toh, nanti ia bisa mengganti kalung Emak, pikirnya.
Tepat hari ketiga, hari Jum’at. Ia pun menyelsaikan surat-surat yang diperlukanya. Di siang hari itu, saat matahari sedang panas-panasnya ia tidak lagi memperdulikannya. Segera ia menghadap panitia penerimaan tes PNS. Sekarang ia sangat lega. Tubuhnya terasa ringan  bagai terbang ke awan-awan. Sedikit lagi status PNS akan ia raih. Mungkin  dengan itu ia dapat membahagiakan orang tuanya  dan perjuangannya cukup sudah.
Di  kantor itu ia langsung bicara, ”Dari pelosok desa saya datang ke sini. Saya sudah menghabiskan banyak uang untuk ini, Pak!” Ia  berkata dengan bangganya sambil menunjukkan nomor ujiannya yang penuh dengan lipatan.
Petugas itu melihat kertas yang ia sodorkan.
”Mendaftar ulang?!” ujarnya.
”Ya...? Ini nama saya, Pak. Abdul Latief, nomor ujian 1501100095. Saya ingin mendaftar ulang, Pak! Nomor dan nama saya dinyatakan lulus di koran tiga hari yang lalu.”
Petugas itu mengamati kertas yang ia sodorkan dan sepertinya ia memeriksa berkaas-berkas di meja kerjanya.
”Apakah anda ingin saya adukan ke polisi dengan tuduhan penipuan?”
”Kenapa Bapak berkata begitu?” tanyanya. Ia menahan nafas, matanya liar dengan beberapa butir keringat meluncur ke pipinya. Ia tidak mengerti dengan maksud petugas itu. Sungguh ia heran.
”Anda terlambat.”
”Terlambat...?”
”Ya...! Nomor dan nama anda sudah didaftarkan ulang.”
”Didaftar...?! Siapa yang mendaftarkannya?” Kini nafasnya benar-benar memburu, bagaikan seorang pemburu yang kehilangan buruannya. Akan tetapi tidak demikian halnya dengan petugsas itu. Ia begitu tenang. Bagaikan sudah direncanakan ia menjawab pertanyaan itu.
” Abdul Latief, nomor ujian 1501100095,” petugas itu berkata.
Ia heran. Heran sekali. Sungguh ia tidak habis fikir mengapa demikian kejadiannya?
”Saya ingin tahu siapa pula, Abdul Latief itu?”
”Ya.. Abdul Latief,” jawab petugas itu datar.
”Mengapa bisa demikian?” ia bertanya. Wajahnya merah padam, sepertinya seluruh darahnya dipompakan ke sana.
”Penerimaan ini bebas untuk umum sesuai dengan tamatan dan jurusan yang diikuti, kan?” Petugas itu berkata dengan sangat tenangnya.
Di siang hari itu ia terkulai lemas. Ia mengerti. Mengerti betapa mudahnya memalsukan sesuatu di negerinya tercinta ini, dan betapa susahnya ia berjuang menjadi pegawai di negerinya sendiri secara halal dan murni. Terbayang kalung Emaknya yang ia jual. Terbayang betapa letih perjuangannya. Ternyata benar ucapan ibunya dan juga kata panitia ujiannya, ”Penerimaan kali ini bebas  KKN.”
Hidup ini penuh dengan ujian, untuk menghadapinya diperlukan kesabaran.
Baru kali ini ia tahu itu.

[Ha. Okt 2009]


Selanjutnya...